Senin, 28 April 2014

Tulisan Bebas Tentang Budaya Manusia


Gaya Pacaran Menjadi Budaya Anak Muda Zaman Sekarang


Pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Ada juga yang bilang bahwa pacaran adalah proses kita menjadi lebih dewasa dimana kita bisa berbagi pengalaman dan kasih sayang.


Pacaran jaman dulu identik sekali dengan surat-menyurat. Seseorang akan merasa sangat bahagia ketika mereka mendapat surat yang diantarkan oleh pak pos untuk dirinya dari pacar yang dikasihinya. Seorang lelaki biasanya akan main kerumah pacarnya untuk sekedar ngobrol berdua, atau mengajak pergi jalan-jalan mencari suasana romantis, dan dunia pun serasa milik mereka berdua.


Tapi seiring berjalannya waktu, dan akibat kemajuan teknologi yang semakin canggih, gaya pacaran semacam itu sudah jarang sekali kita temukan, semisal surat-munyurat dari seseorang ke pacarnya. Kemajuan teknologi memang berpengaruh besar terhadap perubahan jaman, termasuk perubahan gaya pacaran anak muda jaman sekarang.


Surat-menyurat yang dulu sangat pupuler, sekarang digantikan oleh perangkat handphone. Hanya dengan sms atau telepon, seseorang bisa langsung bertukar kabar dengan pacar yang berada dilokasi jauh sekalipun, atau hanya dengan chating lewat internet, seseorang bisa ngobrol tanpa batas walaupun hanya lewat tulisan.


Gaya pacaran jaman sekarang juga sudah terbilang sangat bebas. Seolah-olah mereka mencontoh gaya pacaran orang luar yang tak mengenal etika. Ada beberapa pemahaman salah tentang pacaran anak muda jaman sekarang.


1. Gak punya pacar berarti gak laku.


2. Belum dinamakan pacaran kalau belum bernah berciuman "mesra".


3. Seorang cewek tidak benar-benar cinta kalau gak mau diajak "ML" oleh cowoknya.


Pemahaman itu seakan sudah menjadi kiblat bagi anak muda jaman sekarang dalam berpacaran. Banyak sekali kita temui anak sekolah mojok sepulang sekolah atau anak muda yang pacaran di tempat umum sambil berciuman mesra, kadang si cowok sambil meraba-raba tubuh si cewek. Kadang di tempat umum mereka merasa risih atau tidak aman dan nyaman karena tempatnya yang terlalu terbuka. Ibarat "nggak ada rotan akar pun jadi", nggak ada tempat aman buat bermesraan, diwarnet pun sekarang juga menjadi tempat aman bagi mereka untuk bermesraan. Bahkan nggak cuman berciuman, mereka juga berani melakukan lebih dari itu.





Sekarang banyak sekali perempuan hamil diluar nikah, dan itupun sudah dianggap biasa di Indonesia ini yang notabene adalah negara dengan budaya timurnya yang terkenal beretika dan ber-Ketuhanan.






Untuk menjauhkan kita dari gaya pacaran yang salah tadi, setidaknya kita mesti tahu batasan-batasan kita dalam berpacaran. Tidak hanya itu, ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang pacar yang baik.






1. Lebih takut sama Tuhan dari pada manusia, jadi siapapun yang mau menjadi pacarmu akan menghormatimu dan tak mempermainkanmu.


2. Dorong pacarmu untuk lebih dekat dengan Tuhan.


3. Sayangi keluarga pacarmu seperti kamu menyayangi keluargamu sendiri.


4. Dukunglah apa yang dikerjakannya sepanjang bukan hal yang negatif.


5. Jangan berpikir berapa banyak yang bisa dia berikan padamu, tapi berpikirlah berapa banyak yang bisa kuberikan padanya.(Yang positif tentunya)






Oleh karena itu, sebelum pacaran kita harus berkomitmen dan berjanji pada diri sendiri bahwa pacaran itu bukan hanya untuk main-main atau mengikuti tren, tapi karena memang kita ingin mengenal pasangan lebih dalam lagi sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.






Source : http://ariestyvandas.blogspot.com/2013/03/contoh-manusia-dan-kebudayaan-dalam.html





http://warningadit.blogspot.com/2012/04/budaya-gaya-pacaran-anak-muda-jaman.html

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia  adalah mahkluk tuhan yang paling sempurna di mana diciptakan Allah SWT dengan akal pikiran yang sehat. Saat kita menginjak masa remaja mungkin, saat itulah kita mulai tertarik pada lawan jenis kita. Mulai dari rasa bahagia, senang,sedih, bahkan kecewa selalu menjadi warna warni suatu perasaan cinta. Menurut beberapa orang cinta merupakan segalanya dimana kita harus memperjuangkan dan mengejar hingga titik darah penghabisan.
Dijaman Yang semakin modern ini banyak orang yang telah salah pengertian tentang cinta. Dimana cinta merupakan suatu hidup kedua bagi mereka dan apapun mereka lakukan hanya untuk cinta. Diantara mereka pun banyak yang rela bunuh diri akibat putus cinta dengan pasangannya bahkan ada pula yang rela melakukan apa saja, misalnya dengan cara memberikan harta, keperawanan, serta dll hanya karena atas dasar cinta terhadap pasangannya. Dan tentu saja hal ini dapat merugikan salah satu pihak yang amat sangat mencintai seseorang.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otakberkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu.

Sumber : http://fredy-ilmuhukum.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-cinta-kasih.html

Selasa, 01 April 2014

Kekerasan Sebagai Budaya



“Kekerasan Sebagai Budaya”

Jika merunut pada jejak-jejak leksikon sejarah kehidupan manusia, maka kita akan mendapati kenyataan bahwa kekerasan (dalam bentuk apapun) telah mendampingi kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Bahkan bisa dikatakan bahwa usia kekerasan, baik kekerasan individu maupun institusi, kekerasan fisik maupun bathin, serta kekerasan model lainnya, adalah setua usia peradaban manusia itu sendiri.
Kekerasan terbukti telah “merepotkan” umat manusia dengan segala konsekuensinya. Sejarah juga telah mencatat bahwa konvensi mengenai hukum serta perundang-undangan tentang hukum lainnya lahir ketika sebelumnya terjadi kekerasan yang tentunya mengganggu kenormalan kehidupan manusia. Sebut saja Magna Charta, Bill of Rights versi Inggris dan Amerika, Declaration des droits delhome et du Citoyen milik Perancis, The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi HAM) buatan PBB, Deklarasi Kairo, serta kovenan-kovenan hukum lainnya, merupakan kesepakatan yang berawal dari suatu kejadian atau aktifitas yang menyentuh aspek-aspek asasi dalam kehidupan manusia, yaitu berupa akumulasi kekerasan-kekerasan.

            Deskripsi singkat di atas memastikan sebuah premis sebagai jawaban atas pertanyaan apakah benar kekerasan telah membudaya dalam kehidupan kita? Jelas bahwa perkembangan zaman dengan lahirnya istilah-istilah baru seperti globalisasi, modernisasi, dan istilah-istilah lainnya tidak mampu menggeser kekerasan dari ranah kehidupan sosial manusia. Kekerasan intelektual, kekerasan ekonomi, kekerasan dalam bidang agama, dan kekerasan-kekerasan lainnya seakan-akan memiliki “hak paten” untuk hidup dan berkembang bersama manusia. Beberapa fenomena kekerasan yang terjadi menunjukkan bahwa kekerasan seakan-akan “memproklamirkan” diri sebagai salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Disadari atau tidak, kehidupan memang selalu berkaitan dengan hal-hal yang kontradiktif, dan kekerasan termasuk di dalamnya.

            Pembahasan-pembahasan selanjutnya tentang pertanyaan tadi mengerucut pada satu kongklusi bahwa kekerasan memang telah membudaya dalam kehidupan manusia. Analogi bebasnya adalah bahwa awalnya kekerasan itu hanyalah berbentuk segumpal darah, kemudian berkembang menjadi ceceran-ceceran yang merasuk ke berbagai aspek kehidupan manusia, kemudian membeku menjadi seonggok daging sebagai fenomena. Itulah bentuk proses kekerasan terjadi.

            Kesimpulan bahwa kekerasan telah membudaya dalam rantai kehidupan manusia memiliki alasan sebagai berikut:
a.       Deskripsi singkat di atas menggambarkan bahwa kekerasan melekat dalam kehidupan manusia sebagai konsekuensi dari kehidupan berkomunitas (mengarah pada Teori Konflik)
b.      Kepingan-kepingan fenomena yang terjadi di sekita kita merupakan bukti bahwa kekerasan telah menjadi sebuah paradigma beberapa kalangan. Kasus korupsi Gayus Tambunan merupakan contoh kekerasan ekonomi, inequality dalam bidang pendidikan mewakili kekerasan intelektual, KDRT dan penyiksaan PRT adalah contoh riil dari kekerasan hak asasi, dan masih banyak lagi fenomena-fenomena lainnya. Kekerasan-kekerasan tadi bukanlah yang pertama dalam perjalanan kehidupan kita, akan tetapi merupakan ulangan dari fenomena kekerasan sejenis sebelumnya. Maka bukanlah sebuah kekeliruan jika kita menyimpulkan bahwa status kekerasan bukan lagi sebatas wacana atau fenomena biasa tetapi telah menjelma menjadi sebuah kebudayaan yang masih “terpelihara”.

IBD - ILMU BUDAYA DASAR



IBD-ILMU BUDAYA DASAR

IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
a. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah.
b. Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) . ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
c. Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataankenyataanyang bersifat unik, kemudian diberi arti. Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar Secara umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan pengembangan keperibadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungan, khususnya gejala-gejala berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas. Jika diperinci, maka tujuan pengajaran llmu Budaya Dasar itu adalah:
1.      Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
2.      Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
3.      Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
4.      Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
5.      Memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
6.      Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
7.      Mcndukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
8.      Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
9.      Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
10.  Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
11.  Terjalin interaksi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
12.  Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah kemanusiaan dan budaya.
13.  Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai cendekiawan.
14.  Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
15.  Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.

SUMBER : http://tussadiahhalima.wordpress.com/2013/05/09/pengertian-ibd/